Langsung ke konten utama

Hedonisme dalam 2 Samuel 12:1-25


Universitas Kristen Duta Wacana
Nama/ NIM                            : Winda Patrika Embun Sari/ 50190056
Program Studi/ Semester      : Magister Teologi/ Gasal 2019-2020
Mata Kuliah/ Tugas              : Tafsir Kontekstual Perjanjian Lama/ Makalah Akhir
 

Hedonisme dalam 2 Samuel 12:1-25
1.1.Pendahuluan
a.    Pengantar
Dewasa ini, setiap orang punya kecenderungan untuk hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif lazimnya disebut dengan hedonisme. Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya KBBI) mendefinisikan hedonisme sebagai “pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup”. Umumnya hedonisme dipahami sebagai satu hal yang negatif. Tapi pada dasarnya hedonisme juga mengandung satu hal yang positif tergantung bagaimana kita menghayati atau menghidupinya.
Makalah ini akan mengulas tentang hedonisme dalam kitab 2 Samuel 12:1-25 dengan menggunakan tafsir naratif. Sistematika penulisan akan dimulai dari penjelasan tentang metode naratif. Bagian kedua penulis akan mencoba melihat teks 2 Samuel 2:1-25 secara naratif. Setelah itu penulis akan menguraikan hedonisme dalam teks 2 Samuel 2:1-25. Bagian selanjutnya penulis akan mencoba melihat refleksi teologi terhadap gaya hidup hedonisme di dalam teks 2 Samuel 2:1-25. Setelah itu makalah akan ditutup dengan sebuah kesimpulan penulis.
b.    Apakah realita tersebut pernah terjadi di tradisi PL?
Cara hidup hedonisme ternyata tidak hanya terjadi di zaman sekarang. Cara hidup yang demikian sudah ada sebelum para filsuf mengembangkan kata hedonisme itu sendiri. Di dalam Perjanjian Lama juga demikian, banyak sekali mencatat soal cara hidup yang hedonisme. Salah satu adalah kisah dalam 2 Samuel 2:1-25. Di dalam bab pembahasan akan didalami lebih lanjut.

1.2. Pembahasan
a.    Tafsir historis dan tafsir naratif
Kritik historis sendiri merupakan metode yang digunakan untuk menafsirkan Alkitab. Kunci dari kritik historis ini ialah mengungkapkan keaslian sejarah, baik itu sejarah yang diceritakan di dalam teks, maupun sejarah penulisan yang membentuk teks tersebut. Munculnya metode ini adalah untuk merekonstruksi sejarah teks yang telah ditulis dalam Alkitab. Tak heran mengapa perlu pencarian mengenai sejarah dalam konteks aslinya dan faktor-faktor penulisan kitab tersebut, karena metode ini berusaha untuk melihat kembali sejarah yang ada. Kritik historis merupakan suatu upaya untuk membongkar kembali sejarah yang ada dituliskan di dalam alkitab. Sejarah penulisan kitab pun harus digali untuk melihat sejarah yang mengelilingi konteks asli tersebut. Dengan demikian, tujuan akhir dari kritik historis ialah ingin merekonstruksi kitab. Dengan mengetahui latar belakang sejarah teks (kitab) maka kita akan lebih mudah memahami apa arti dan maksud teks itu dituliskan dahulu. Setiap teks itu pasti memiliki sejarahnya sendiri, yang dapat kita bedakan: “sejarah di dalam teks”, dan “sejarah dari teks”. Sejarah di dalam teks, menunjuk pada hal-hal yang berkaitan dengan sejarah yang teks itu sendiri tuturkan, entah tokoh tertentu, peristiwa, keadaan sosial ataupun gagasan. Teks itu berfungsi sebagai jendela yang melaluinya kita dapat memandang ke suatu periode sejarah. Sejarah dari teks. Hal ini menunjuk kepada sesuatu yang tidak ditampilkan di dalam sejarah teks, yaitu riwayat teks itu sendiri. Sejarah dari teks tidak berpusat kepada peristiwa sejarah yang terjadi di dalam teks, melainkan apa yang terjadi pada saat teks tersebut dituliskan. Ada poin-poin yang menjadi acuan untuk melihat riwayat teks tersebut. Pembaca dapat mempertanyakan bagaimana, di mana, kapan dan keadaan apa yang terjadi sehingga teks itu  dapat muncul. Siapa penulis, kepada siapa tulisan ditujukan, penyusunan, penyuntingan sampai kepada mengapa teks itu ditulis. Pengaruh kemunculan, pembentukan, perkembangan, pemeliharaan dan penyebarluasannya pun dapat menjadi bagian yang digali untuk melihat sejarah tersebut.[1]
Di dalam analisa historis ini juga menggali aspek-aspek kehidupan dalam sejarah, antara lain:
1.      Aspek Sosial
2.      Aspek Ekonomi
3.      Aspek Politik
4.      Aspek Kebudayaan
5.      Aspek Keagamaan. [2]
Kritik naratif merupakan metode yang berusaha memahami dan mengkomunikasikan pesan suatu teks Kitab Suci yang berbentuk cerita dari penulis atau pengarang kitab tersebut.[3] Mencoba melihat suatu atau sebagian kitab sebagai sesuatu yang utuh, dan berusaha memperhatikan struktur, gaya, modus, tema, konteks, jalan pikiran, retorik dan fungsi kitab tsb. Retorika termasuk salah satu bidang ilmu tertua, bagaimana seseorang pembicara mengajukan pandangan dan berupaya meyakinkan pendengar atau pembacanya. Secara umum ada dua bentuk narasi di dalam Alkitab, yakni, prosa (kisah atau cerita) dan puisi (doa atau nyanyian). Kritik naratif menaruh perhatian pada topik-topik yang luas: struktur karangan dan karakter teks, teknik-teknik gaya bahasa, pemakaian gambar dan simbol oleh pengarang, efek dramatis dan estetis yang ditimbulkan sebuah karya. [4]
b.   Konteks sejarah kitab dan 2 Samuel 12:1-25
            Ada pandangan bahwa kitab-kitab sejarah yang pertama (Yosua, Hakim-hakim, 1 dan 2 Samuel, serta 1 dan 2 Raja-raja) tidak memenuhi kriteria “sejarah”. Kitab Yosua menuturkan kisah bangsa Israel yang menduduki tanah Kanaan, tetapi sejarah di dalam kitab tersebut tidak semuanya diceritakan secara rinci. Kitab Hakim-hakim dilihat lebih membingungkan karena isi dari kitab tersebut merupakan serangkaian cerita yang berasal dari berbagai bagian negeri dan berbagai masa. Kitab 1 dan 2 Samuel tampak lebih jelas sebagai suatu sejarah, karena 1 dan 2 Samuel memberi gambaran yang jelas mengenai berdirinya kerajaan Israel dan kisah mengenai raja-raja Israel yang pertama. Kitab 1 dan 2 Raja-raja merupakan uraian kronologis yang lebih lengkap, tetapi terlihat lebih rumit karena sejarah kerajaan utara dan kerajaan selatan yang berhubungan. Dengan pandangan demikian, dapat dikatakan kitab-kitab tersebut merupakan sejarah yang dikarang dari sudut pandang profetik. Sudut pandang profetik ini dapat dilihat dari ciri-cirinya, pertama menggambarkan kuasa Allah atas sejarah dengan karya dan firman-Nya. Kedua, menonjolkan perbuatan nabi-nabi seperti Samuel, Natan, Elia dan Elisa. Ketiga, memperlihatkan tema khas para nabi, yaitu karya penyelamatan Allah dalam peristiwa keluaran, pemberian tanah perjanjian, perjanjian mengenai kewajiban untuk beribadat kepada Allah saja dan keadilan dalam masyarakat, berkat sebagai pemberian Allah atas ketaatan, dan hukuman sebagai ganjaran Allah atas pemberontakan atau ketidaktaatan.[5] Dapat dikatakan sudut pandang profetik ini ialah sudut pandang yang dilihat dari sisi kenabian. Tak heran mengapa pada awalnya kitab-kitab ini disebut sebagai kitab Nabi-nabi Terdahulu atau pun kitab Nabi-nabi Kemudian. Namun kemudian kitab-kitab ini digolongkan dalam kitab sejarah. Dengan demikian penilaian sebuah kitab untuk bisa dikatakan masuk dalam golongan kitab sejarah ialah ketika kitab itu memiliki deretan sejarah yang berkesinambungan.
Waktu kejadian-kejadian yang ada di dalam kitab 2 Samuel lebih mudah ditentukan karena kitab ini meliputi periode empat puluh tahun pemerintahan Daud, kira-kira pada tahun 1010-970 sM.[6] Daud berumur tiga puluh tahun ketika memerintah atas Israel. Di Hebron ia memerintah atas Yehuda selama 7 tahun 6 bulan dan di Yerusalem ia memerintah selama 33 tahun atas seluruh Israel dan Yehuda.[7] Sinkronnya catatan Alkitab mengenai Asyur dan Babilonia mempermudah penanggalan kejadian-kejadian dalam kitab 2 Samuel ini. Alkitab banyak menyebutkan waktu suatu peristiwa dengan kata-kata “pada tahun ke … raja … memerintah”, kejadian yang dapat dikaitkan dengan kronologi Asyur atau Babilonia.[8]  Penekanan sistem kerajaan  tidak lepas dari sorotan penulis kitab, di mana pelaksanaan sistem kerajaan dalam bangsa Israel tidak dapat dilepaskan dari kesetiaan kepada Tuhan dan ketaatan pada perjanjian-Nya.[9] Namun, sepanjang masa pemerintahannya selama 40 tahun, 20 tahun pemerintahannya masuk ke dalam babak yang menyedihkan karena dosa besar Daud.[10]
            Tema-tema yang dibahas dalam 2 Samuel adalah kumpulan kisah pemerintahan Daud.
1.      Keberhasilan Daud yang luar biasa dibahas dalam 2 Samuel 1-10.
2.      Daud melakukan pelanggaran sehingga jabatannya sebagai raja yang mempermalukan dirinya dibahas dalam 2 Samuel 11-12:1:14.
3.      Tahun-tahun Daud menuai akibat dosa-dosa dibahas dalam 2 Samuel 2:1-15-20:26.
4.      Tahun-tahun terakhir Daud sebagai raja dibahas dalam 2 Samuel 21-24.
            Tujuan dari 2 Samuel melanjutkan sejarah yang sifatnya teokratis kerajaan Israel dan nubuat. Kitab ini mengilustrasikan dari kehidupan pribadi dan pemerintahan Daud sebagai syarat-syarat perjanjian sebagaimana dikemukakan Musa dalam kitab Ulangan: ketaatan pada perjanjian menghasilkan berkat Allah; pengabaian hukum Allah mengakibatkan kutukan dan hukuman (lihat Ulangan 27:1-30:20).
Perlu diperhatikan bahwa 1 Samuel meliputi sejarah selama hampir satu abad, dari kelahiran Samuel hingga kematian Saul (sekitar tahun 1105-1010 SM). Dalam sejarah yang dicatat dalam kitab 1-2 Samuel, kegagalan manusia sebagai para pemimpin menjadi tema utama. Dalam 1 Samuel dapat dilihat, ada kisah yang paling dramatis dari semua yaitu kegagalan Saul. Meskipun potensi yang tampak dalam 1 Samuel 10:23-24, kemampuan yang luar biasa (lihat, misalnya, dalam 1 Samuel 11:11) dan pencapaian-pencapaian penting (dirangkum dalam 1 Samuel 14:47, 48), Saul adalah bencana sebagai raja umat Allah.  
Kitab 2 Samuel diisi dengan kisah kehidupan Daud sebagai raja atas seluruh Israel. Kepada Daudlah Allah berkenan dan mengikat janji tentang kejayaan kerajaannya, dan tidak dipungkiri juga ada cerita mengenai kelemahan Daud.[11] Kitab 2 Samuel mencatat peristiwa-peristiwa penting pemerintahan Daud selama 40 tahun (sekitar 1010-970 SM), termasuk perebutan Yerusalem dari suku Yebus dan penetapannya sebagai pusat politik dan keagamaan Israel. Hidupnya ada di tengah-tengah kurun waktu kehidupan Abraham dengan Yesus Kritus. Titik pusat dalam 2 Samuel tercatat dalam pasal 11 yang mencatat dosa Daud yang tragis melibatkan Batsyeba dan suaminya Uria. Nabi yang mencatat sejarah kitab ini menekankan bahwa sekalipun perzinahan dan pembunuhan oleh Daud telah dilakukan dengan diam-diam. Dosa itu dihukum secara terang-terangan oleh Allah pada setiap tingkatan Daud baik secara pribadi maupun keluarga. Kitab 2 Samuel juga mencatat sebuah prinsip kepemimpinan yang penting dan abadi dalam kerajaan Allah. Ketika makin besar perkenaan dan urapan Allah atas hidup sang pemimpin, maka semakin besar pula hukuman Allah apabila melakukan pelanggaran moral dan etis. Meskipun di dalam Alkitab Daud dipuji sebagai orang yang berkenan kepada Allah akan tetapi perkenan Allah juga dapat menjadi hukuman dan berkat-berkat Allah menjadi kutukan ketika Daud berbuat dosa, ini juga tercantum dalam peringatan Musa kepada bangsa Israel (lihat Ulangan 28:1-31). Di dalam kitab ini menggambarkan beberapa pasal yang menggambarkan dampak dari dosa yang terjadi atas keluarga dan seluruh negeri (pasal 12-21) yang menggambarkan betapa terikatnya kesejahteraan seluruh bangsa dan keadaan rohani dan moral pemimpinnya. Di dalam kitab ini tentu saja menyoroti tentang pelajaran moral, di mana keberhasilan dan kemakmuran sering mendatangkan kelemahan moral. Kehidupan dan pemerintahan Daud yang dipandang terhormat sekalipun tercemar karena perzinahan dan pembunuhan ketika ia berhasil mencapai puncak ketika ia menjadi raja.[12]

c.    Kitab 2 Samuel 2:1-25 secara naratif
Perlu diperhatikan bahwa ada alasan mengapa di perikop ini Daud ditegur oleh Natan. Itulah mengapa ketika menafsir diperlukan melihat teks sebelumnya untuk melihat ada atau tidak keterhubungan dengan teks selanjutnya. Mengutip jurnal yang ditulis oleh Randal C. Bally, ia mencatat kesamaan yang dapat ditemukan antara narasi 2 Sam 11 dan 2:12-25 dengan 1 Raja 1-2. Bally menunjuk ke penampilan karakter serupa di kedua bagian dan keberadaan tema.[13]
Allah adalah sumber segalanya di dalam kehidupan alam semesta ini. Salah satu hal yang bersumber dari Allah ialah kekuasaan. Allah memberikan manusia kekuasaan lebih dari ciptaan yang lainnya. Ia memberikan kekuasaan agar digunakan untuk mengelola seluruh ciptaan-Nya di bumi ini (Kejadian 1:28). Meskipun Allah memberi kekuasaan kepada manusia atas segala ciptaan-Nya yang lain, tetapi kekuasaan yang dimiliki manusia terbatas, tidak sama dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Allah. Dengan kekuasaan yang dipercayakan kepadanya itu, manusia harus menggunakan kekuasaan itu dengan bertanggung jawab. Daud sebagai tokoh yang mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan yang bersumber dari Allah. Kekuasaan yang diberikan ialah kekuasaan untuk memimpin bangsa Israel, umat pilihan Allah. Daud berasal dari suku Yehuda, ayahnya bernama Isai dan tinggal di Betlehem.[14]  Daud merupakan anak bungsu di dalam keluarganya, dan ia adalah seorang pengembala domba.
Dalam masa kepemimpinannya, Daud mengalahkan lebih banyak bangsa daripada Saul. Sama seperti Saul, Daud merupakan seorang yang mengandalkan Tuhan dalam perbuatan-perbuatan besar yang akan dilakukannya. Salah satu buktinya dapat kita lihat dalam 2 Samuel 2:1, terlihat ada percakapan antara Daud dan Tuhan di mana Daud meminta petunjuk kepada Tuhan tentang apa yang harus dilakukannya. Daud memimpin dengan kerendahan hati, hal ini terlihat dari ucapan Daud dalam pesannya (2 Samuel 2:5-7) di mana ia berbicara dengan penuh kasih. Ia pun bukan seorang pemimpin yang pendendam. Hal ini dapat dibuktikan dalam 2 Samuel 9 yang menujukkan kasih dan penepatan janji Daud kepada keluarga Saul yang ingin membunuhnya dahulu, meskipun salah satu faktornya ialah janjinya kepada Yonathan, sahabatnya. Daud digambarkan sebagai sorang raja yang pintar dan bijaksana. Saat ia jatuh ke dalam dosa, ia tidak mau semakin tenggelam dalam dosa itu. Daud datang kepada Tuhan dan mengakui dosa-dosanya. Hal ini memperlihatkan kebesaran hati Daud, seorang raja besar yang tidak malu untuk mengakui kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya.[15] Daud mau mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya (2 Samuel 12:13).
Daud pun tidak luput dari kekurangan, meskipun ia dipandang sebagai raja yang ideal. Pertama, kurang baiknya kehidupan keluarga Daud. Kisah Amnon, Tamar dan Absalom dalam 2 Samuel 13, dan kisah Absalaom dengan Daud menunjukkan bahwa Daud bukan seseorang yang mampu memimpin keluarga dengan baik. Kedua, lemah untuk melawan hawa nafsunya. Hal ini dilihat dari bagaimana ia menyuruh Batsyeba tidur dengannya, sedangkan Batsyeba ialah isteri dari Uria, prajuritnya sendiri dan Daud membunuh Uria.
Kejayaan Daud selama masa pemerintahannya tak membuatnya luput dari kesalahan. Sampai pada 2 Samuel 10, penulis kitab memperlihatkan Daud sebagai seorang raja yang ideal. Kini pada pasal 11, penulis kitab memperlihatkan sisi buruk seorang Daud. Pertemuan Daud dan Batsyeba menjadi satu catatan buruk tentang Daud. Daud yang tak sengaja melihat Batsyeba dari atas sotoh istana, jatuh cinta kepada Batsyeba dan meminta agar Batsyeba tidur dengannya lalu mengandunglah Batsyeba. Batsyeba merupakan isteri dari Uria, seorang prajurit Daud. Ketika diketahui Daud bahwa Batsyeba mengandung, maka Daud mulai berpikir bagaimana cara untuk menutupi bahwa anak yang dikandung Batsyeba adalah anaknya. Pertama-tama Daud meminta Uria untuk pulang kerumahnya, tetapi Uria tidak pulang ke rumahnya. Kemudian dibuat mabuklah Uria oleh Daud ketika mereka makan dan minum bersama, namun Uria tidak pergi tidur di rumahnya, tetapi tidur bersama hamba-hambanya. Sampai pada akhirnya Daud mengambil keputusan untuk membunuh Uria dengan cara meletakkan ia dibarisan paling depan dalam peperangan, dan Uria pun mati dalam pertempuran. Terdengarlah sampai ketelinga Batsyeba bahwa Uria, suaminya itu sudah mati, dan merataplah Batsyeba. Setelah lewat hari berkabung, Daud menyuruh Batsyeba ke rumahnya dan menjadi istrinya. Batsyeba melahirkan seorang anak laki-laki. Perbuatan Daud adalah jahat di mata Tuhan (11:27), tetapi Tuhan masih menunjukkan belas kasihan kepada Daud. Melalui Natan, Tuhan menegur Daud bahwa perbuatannya tak berkenan di mata Tuhan. Daud menyesali perbuatannya, meskipun demikian Tuhan tidak menghilangkan hukuman-Nya. Daud luput dari kematian, tetapi anak yang dikandung Batsyebalah yang akan mati sebagai gantinya. Setelah kematian anak pertamanya dengan Batsyeba, Daud dikaruniai lagi seorang anak laki-laki yang dinamainya Salomo. Tuhan mengasihi Salomo, dengan perantaraan nabi Natan, Tuhan menyuruh Daud menamakan anak itu dengan nama Yedija, oleh karena Tuhan (12:25).
Kisah Daud dan Batsyeba dan akibat dari perbuatan Daud yang mendatangkan hukuman bagi Daud adalah titik balik yang hebat dari seluruh kisah Daud. Sepertinya pengarang kitab telah menarik diri semua perhentian seni narasinya yang luar biasa untuk mencapai realisasi yang cemerlang episode yang sangat penting ini.
1.    Penjelasan secara implisit
Ayat 1: Allah mengirim Natan kepada Daud. Melalui Natan sebuah perumpamaan dititipkan. Ada cerita dibalik ini. Di mana pada pasal sebelumnya, pasal 11, Daud telah mengambil Batsyeba istri Uria. Uria telah dibunuh oleh Daud. Perumpamaan tersebut dari Allah, yang berbicara tentang dua orang yaitu orang kaya dan orang miskin.
Ayat 2: melanjutkan perumpamaan sebelumnya bahwa seorang yang kaya memiliki banyak sekali kambing domba dan lembu sapi.
Ayat 3: berbicara tentang seorang miskin yang hanya mempunyai seekor domba betina yang kecil, pemiliknya sangat menyanyangi domba betina ini dan memperlakukannya seperti anak perempuannya sendiri. Anak domba itu makan dan minum dari tangan dan piala pemiliknya sendiri, anak domba tidur dipangkuan pemiliknya.
Ayat 4: Orang kaya tadi menerima tamu, bukanlah tamu istimewa, di dalam ayat ini juga dikatakan bahwa tamu tersebut adalah seorang pengembara. Orang kaya ini tidak rela jika ia harus melayani sang pengembara tersebut dengan memberi dan memasak kambing domba dan lembu sapi miliknya sendiri. Orang kaya ini kemudian mengambil anak domba betina milik orang miskin dan memasaknya lalu memberi makan si pengembara tersebut. Perumpaan Allah yang disampaikan kepada Daud lewat Natan berhenti pada ayat ini.
Ayat 5: mendengar perumpamaan yang disampaikan Natan kepada Daud, kemudian Daud menjadi marah dan geram lalu berkata: “Demi Tuhan yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. Pada ayat ini respon Daud menunjukkan bahwa sesungguhnya ia juga merasa tidak senang akan ketidakadilan dan perbuatan yang tidak benar.
Ayat 6: Daud masih melanjutkan perkataannya “Dan anak domba betina itu harus dibayar empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu oleh karena ia tidak kenal belas kasihan. Respon pada ayat ini Daud juga bicara soal belas kasihan. Menunjukkan bahwa ia mampu menempatkan posisinya pada posisi orang kaya dan posisi orang miskin dari perumpamaan tersebut.
Ayat 7: Natan membalas respon Daud dan sepertinya tidak semua perkataan itu juga adalah perkataan Allah, “Engkaulah orang itu!” inilah adalah perkataan Natan. Seolah Natan juga mengerti maksud dari perumpamaan Allah tersebut, Daud telah berbuat salah. Dilanjutkan kemudian dengan maksud dari Allah lewat perumpamaan, “Beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.”
Ayat 8: masih melanjutkan maksud dari perumpamaan Allah, “Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya ini belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.” Sudah sangat jelas bahwa Daud sangat berkelimpahan terlebih lagi ia adalah seorang raja. Natan juga sadar akan keadaan Daud ini. Itulah sebabnya ia mengatakan pada ayat sebelumnya, “Engkaulah orang itu!”. Pada ayat ini juga, saya merasa bahwa Allah melegalkan raja dapat memiliki istri banyak. Dikatakan ‘isteri-isteri’, ini objeknya berarti jamak (lebih dari satu).
Ayat 9: ayat ini mau mengungkapkan apa yang telah dilakukan oleh Daud sehingga Allah mengirim Natan kepadanya. Daudlah yang sama dengan seorang kaya dalam perumpamaan yang disampaikan. Daud telah membunuh Uria, orang Het. Pada pasal 11 telah diceritakan bahwa sesungguhnya Uria adalah seorang hamba juga prajurit Daud, terbukti ketika ia dipanggil menghadap Daud, ia pergi. Statusnya sebagai orang Het berarti putra Kanaan yang disebutkan dalam urutan kedua.
Ayat 10: ungkapan pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya mau menunjukkan bahwa Tuhan juga menghukum Daud dan keturunannya pun terkena dampaknya Dalam 2 Samuel 12:7-9 Tuhan menyatakan betapa besar Dia telah memberkati Daud. Tuhan memberikan segala hal untuk dinikmati oleh Daud. Tuhanlah sumber berkat-berkat yang berkelimpahan bagi Daud dan Daud menghina Tuhan dengan mengambil apa yang Tuhan tidak berikan untuk dia. Tuhan memberikan kepada setiap orang apa yang boleh dia nikmati di dalam Tuhan. Tuhan memberikan beberapa hukuman bagi Daud. Yang pertama adalah kematian tiga orang anaknya karena pedang (empat orang jika ditambah dengan anak yang diberi penyakit oleh Tuhan pada ayat 14, seperti yang dikatakan sendiri oleh Daud dalam ayat 6). Inilah yang dimaksudkan dengan pedang yang tidak akan meninggalkan keturunan Daud.
Ayat 11: masih merupakan kelanjutan dari perkataan Allah soal hukuman yang ditimpakan kepada Daud, kali ini keluarganya juga terkena dampak akibat perbuatan Daud. Sebelumnya Daud telah mengambil Batsyeba dari Uria, kemudian Daud akan mengalami hal yang sama atas perbuatannya. Isteri-isteri Daud akan diambil daripadanya. Sekali lagi, saya mengira Daud memiliki lebih dari satu isteri.
Ayat 12: ayat ini merupakan puncak dari perkataan Allah tentang hukuman terhadap Daud. Jikalau sebelumnya Daud, mengambil Batsyeba secara diam-diam. Kali ini Allah akan menunjukkan jika isteri-isteri Daud diambil oleh orang lain, kebalikannya, Allah akan melakukannya secara terang-terangan, di depan seluruh orang Israel.
Ayat 13: Daud menyesal dan mengakui perbuatannya, di hadapan Natan. Respon Natan adalah respon Allah, sebagaimana Allah yang maha pengampun. Natan menjawab Daud “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati.”
Ayat 14: merupakan kelanjutan perkataan Allah melalui Natan, resiko yang akan dialami Daud, anaknya akan mati. Anak yang lahir Batsyeba. Ini adalah hukuman karena menista Tuhan.
Ayat 15: Natan kembali ke rumahnya, akan tetapi ayat ini mau menggambarkan Allah belum selesai dengan Daud. Allah sendiri menulahi anak yang dikandung Batsyeba, bekas isteri Uria, sehingga anak yang dilahirkan menjadi sakit.
Ayat 16: Daud menyesal dan memohon kepada Allah untuk anak yang dilahirkan Batsyeba. Situasi yang rumit, kalimat “...dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.” Tanah di sini apakah maksudnya lantai? Karena kata-kata masuk ke dalam memang tidak jelas masuk ke arah mana.   
Ayat 17: di ayat ini merupakan kebalikannya, ketika para tua-tua datang kepadanya dan meminta ia bangun, kata yang tertulis ialah “lantai”. Akan tetapi Daud tidak ingin, ia juga tidak mau makan bersama dengan tua-tua yang datang padanya.
Ayat 18: anak yang dilahirkan Batsyeba telah mati, pada hari yang ketujuh. Para pegawai Daud yang telah tahu akan hal ini takut memberitahukan kepada Daud. Tampaknya karena memang saat anak itu masih hidup pun Daud acuh dan tidak peduli dengan anak tersebut, apalagi kalau sudah mati. Dikarenakan perkataan Allah dan Daud percaya akan hal itu sehingga Daud sebenarnya sudah tahu akan hal kematian anaknya tersebut.  
Ayat 19: Daud melihat apa yang dibicarakan oleh para pegawainya sehingga Daud bertanya dan mau menkonfirmasi apakah anaknya itu telah mati. Para pegawai itu menjawab Daud dan mengatakan benar anaknya telah mati.
Ayat 20: Daud masih berbaring, ayat sebelumnya Daud bertanya, berarti Daud tidak bangun sama sekali. Ia seperti orang merana dan tidak punya semangat hidup. Namun di ayat ini Daud bangun dari lantai, lalu pergi mandi dan berganti pakaian. Kemudian datang lagi kepada Tuhan lalu sujud menyembah, kembali ke rumahnya lalu makan roti.
Ayat 21: sikap Daud pada ayat sebelumnya mengundang heran bagi para pegawainya. Mengapa bisa Daud bersikap tidak sesuai dengan keadaan saat itu, bangun dari tempatnya dan pergi makan.
Ayat 22: jawaban Daud atas pertanyaan para pegawainya “Selagi anak itu hidup, aku berpuasa... siapa tahu Tuhan mengasihani aku sehingga anak itu tetap hidup...” Alasan Daud mau menunjukkan bahwa ia benar mengakui bahwa ia telah bersalah dan menyesali perbuatannya lalu meminta belas kasihan Tuhan.
Ayat 23: kelanjutan dari pernyataan sebelumnya anaknya telah mati lalu untuk apa berpuasa, masuk akal. Anak itu telah diambil oleh Tuhan dan tidak akan kembali lagi.
Ayat 24: Daud tidak berlarut dalam kesedihannya, ia datang lagi kepada istrinya Batsyeba. Menunjukkan bahwa Batsyeba seperti isteri sah Daud. Akan tetapi tidak dikatakan bahwa Daud menikahinya, Daud menghampiri Batsyeba kemudian tidur lagi dengan dia. Untuk kedua kalinya Batsyeba mengandung dan melahirkan anak bagi Daud. Salomo adalah nama pemberian dari Daud kepadanya anak keduanya itu. Tuhan juga demikian mengasihi anak ini.
Ayat 25: Natan kembali dikirim oleh Allah untuk memberikan nama anak itu Yedija. Ini adalah permintaan Tuhan sendiri.
2.  Narator
Narator adalah pembicara yang tidak tampak dalam teks, khususnya dalam bagian-bagian dari teks yang diselidiki. Narator mengisahkan suatu cerita dan kadang menjelaskan maksudnya. Narator juga berkedudukan di segala tempat dalam mengutarakan ceritanya. Narator bertindak sebagai pencerita yang memahami segala tempat, segala keadaan, dan kondisi semua karakter yang ada dalam narasi.
            Narator ingin menyampaikan konsep teologis dari teks 2 Samuel 12:1-25 ini. Pada bagian penjelasan yang implisit sebelumnya terdapat tafsiran teks 2 Samuel 12:1-25 secara khusus. Nama narator dalam 2 Samuel 12:1-25 tidak disebutkan. Bagaimana karakternya pun tidak disebutkan. Narator berbicara dalam diri orang ketiga. Artinya sang narator tahu betul bagaimana kejadian dan situasi yang terjadi, narator juga mengetahui pembicaraan dan sifat dari semua karakter. Narator menceritakan kisah dalam 2 Samuel 12 ini dengan sangat dramatis.

3.  Sudut Pandang
a.    Dimensi psikologis: Pengarang teks 2 Samuel 12:1-25 memaparkan gagasan dan perasaan Daud yang marah pada ayat 15-16. Perasaan menyesal pada ayat 13, pada ayat 20 juga menggambarkan perasaan Daud yang menyesal dengan datang lagi kepada ke bait Allah.
b.    Evaluasi atau ideologi: Di dalam teks ini diungkapkan Daud menyesal setelah Natan mengatakan bahwa dialah seorang kaya yang ada dalam perumpamaan yang disampaikan Natan pada ayat 7. Daud kemudian memohon belas kasihan Tuhan dengan berpuasa sekiranya Tuhan mengampuni ia, pada ayat 16. Daud berpengharapan kembali (ayat 20), menghibur Batsyeba (ayat 24).
c.    Perspektif ruang para narator: Dalam peristiwa di teks 2 Samuel 12:1-25 ini narator tidak menjelaskan keterhubungan atau relasi antara si miskin dan si kaya. Bagaimana mungkin? Seorang kaya langsung bisa mengambil anak domba betina milik si miskin, jikalau rumah keduanya tidak berdekatan (ayat 4). Mungkin terjadi jika memang si miskin adalah hamba dari orang kaya tersebut. Maka akan memang sinkron dengan kejadian bahwa Uria, orang Het adalah seorang hamba atau prajurit dari raja Daud.
d.   Perspektif ruang dan waktu: mempertimbangkan suatu aksi dari suatu cerita dari sudut pandang sekarang atau dari waktu mendatang. Natan sebagai perpanjangan lidah Allah, ia tentu saja telah mengetahui maksud Allah. Bahwa Daud tidak akan mati, tetapi keturunan dari Batsyeba yang pertama akan mati (ayat 14).
e.    Sudut pandang penyusunan kata: Hal ini berkaitan dengan dialog atau pidato dalam suatu narasi. Hampir keseluruhan teks adalah sebuah dialog, kecuali ayat 15-16 dan 24-25.


4.  Setting (waktu, tempat)
Setting waktu adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada waktu itu. Tidak dikatakan secara jelas kapan mulainya Daud berpuasa. Disebutkan bahwa anak yang dilahirkan Batsyeba mati pada hari yang ke-7 (ayat 18). Tempat yang disebutkan  merujuk kepada kediaman Daud (ayat 17), juga rumah Tuhan (ayat 20).  Terdapat juga soteriologi (penyelamatan) dalam teks: Awalnya Tuhan memberi hukuman kepada Daud karena menghina Tuhan  namun setelah itu mengampuni Daud dan memberikan ganti dari anak pertama yang mati.
5.  Alur/plot
Alur yang terdapat dalam teks 2 Samuel 12:1-25 ini bergerak mundur-maju. Dimulai dengan perumpamaan yang berusaha mengungkit kembali kejadian yang dilakukan Daud di masa lampau (ayat 1-4). Ini adalah awal yang menjadi pembuka. Terdapat respon dari Daud dan dialog antara Natan dan Daud (ayat 5-14). Setelah dialog reaksi Daud setelah percakapan keduanya, Daud menyesal, berpuasa, berpengharapan kembali (15-25).
6.  Karakterisasi
Natan: Punya pengaruh besar dalam kehidupan Daud. Seorang Nabi. Ia menegur Daud karena tingkah Daud yang menyimpang kepada Batsyeba.
Daud: Dalam bahasa Ibrani, dawid. Asal usulnya menyamakan dengan suatu kata Babel kuno. Artinya kepala yang memimpin. Anak bungsu Isai, suku Yehuda, dan raja Israel kedua. Dalam Kitab Suci Daud adalah satu-satunya yang memakai nama itu.[16] Daud adalah orang yang penuh gairah, keyakinan, dan optimisme. Dia menghadapi banyak pergumulan dan kesulitan pribadi, selain tantangan terhadap kepemimpinannya. Sering kali kesulitannya tampak sangat luar biasa, memberinya sedikit peluang untuk bertahan hidup, namun Daud tidak menyerah. Kekuatan batinnya dan pandangan optimisnya untuk masa depan yang cerah datang dari pengetahuannya bahwa ia tidak sendirian. Faktanya, optimisme memberi seorang pemimpin oktan tinggi yang dia butuhkan untuk melanjutkan ketika semua tampak hilang. Situasi ketika masa-masa sulit, optimisme seorang pemimpin memberi harapan, membangkitkan semangat, dan membangun kekuatan pada orang lain. Daud memiliki hati yang menyesal. Setiap kali ia merasa hancur, dia selalu berlari kepada Allah untuk bertobat. Dia membawa tongkat Allah (otoritas) dengan berani. Sepanjang masa pemerintahannya, Daud menunjukkan kualitas standar moral yang tinggi.
Uria: orang Het, suami Batsyeba, dibunuh atas perintah Daud (2 Samuel 11:2-27). Dari namanya ia adalah penganut agama Ibrani (bdn 2 Samuel 11:11). Orang yang bertanggung jawab dan setia, sangat berbanding terbalik dengan tuannya raja Daud, ketika raja Daud memerintahkan agar Uria ditempatkan di barisan pertama dalam pertempuran yang hebat (2 Samuel 11:15).
Batsyeba: istri Uria, ia ikut serta dengan suaminya dalam pengepungan kota. (2 Samuel 11:1-2). Daud kawin dengan Batsyeba. Akan tetapi, menurut saya istri Uria ini juga yang melakukan zinah dengan Daud, karena tidak ada kata penolakan dari Batsyeba sendiri.
d.   Hedonisme dalam 2 Samuel 12:1-25
Kata 'hedonisme' berasal dari bahasa Yunani kuno untuk 'kesenangan'. Ahli psikolog hedonisme mengklaim bahwa hanya kesenangan atau rasa sakit adalah yang memotivasi kita. Hedonisme mengklaim bahwa hanya kesenangan yang memiliki nilai dan ketidaksenangan atau rasa sakit tadi tidak memiliki nilai. Alam telah menempatkan umat manusia di bawah pemerintahan dua tuan yang berdaulat, sakit, dan senang. Diri kita sendiri yang menunjukkan apa yang harus kita lakukan, serta menentukan apa yang akan kita lakukan.” Secara umum, kesenangan dipahami secara luas di bawah ini, termasuk atau termasuk dalam semua perasaan atau pengalaman yang menyenangkan: kepuasan, ekstasi, kegembiraan, kenikmatan, euforia, kepuasan, syukur, kesukaan, suka, cinta, kelegaan, kepuasan, ketenangan, dan sebagainya.[17]
Hedonisme adalah bisa dikatakan sebagai konsumerisme, suka hal-hal yang mewah, bukan hanya itu saja. Seperti yang saya ungkapkan dalam penjelasan sebelumnya bahwa mencari kepuasan dalam seksualitas juga adalah hedonisme. Mari melihat kembali keterhubungan dengan teks 2 Samuel 12:1-25.
e. Implied Reader
Semua orang dapat belajar dari kisah ini kalau hidup itu hanya titipan. Semuanya adalah pemberian Tuhan. Tuhan dapat mengambilnya dari manusia kapan saja. Hedonisme berujung pada keserakahan, diharapkan orang tidak menjadi serakah, tidak membuang makanan, mubazir, tidak mengingkan yang tidak perlu bagi hidup, tidak mementingkan kesenangan pribadi. Jika orang percaya, dihadapkan dengan dosanya, lalu menyesal dan mengakuinya. Maka bukan hal yang mustahil manusia kembali diperbaharui. Layaknya Daud, Allah turut campur tangan dalam kehidupannya dan kehidupan keluarganya.
e.    Refleksi teologis terhadap 2 samuel 2:1-25
Menegur orang lain kadang kala bukanlah hal yang mudah.  Menyatakan kebenaran dan bersikap tegas seperti nabi Natan?  Banyak orang akan memilih melakukan kompromi dengan dirinya terlebih dahulu atau menutup mata ketika melihat orang-orang yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari yang seharusnya. Tuhan dapat menggunakan orang lain untuk mengingatkan siapa saja yang terbelenggu dalam dosa. Salah satu cara Tuhan agar manusia dapat sadar dari sifatnya dan hakikatnya lemah, khilaf dan akan terus melakukan salah. Pengalaman-pengalaman hidup yang sifatnya hedonisme telah terjadi kepada setiap orang di muka bumi ini. Dalam keadaan yang kian menggoda inilah, seharusnya manusia dapat mengontrol keinginan daging masing-masing pribadi. Belajar banyak dari pengalaman Daud. Ia mengaku dosanya dan memohon belas kasih Allah dan Allah mengampuninya. Kemudian memberikan berkatnya kembali dengan kehadiran seorang anak bernama Salomo.Setidaknya dalam sejarah, keburukan Daud hanyalah ini. Sehingga memang citranya sebagai raja menjadi tercoreng.  
1.3. Penutup
Kesimpulan
Kitab 2 Samuel merupakan lanjutan dari kitab 1 Samuel yang diakhiri dengan kisah kematian Saul. Sepanjang kitab 2 Samuel ini, pembaca akan dibawa melihat bagaimana sejarah empat puluh tahun pemerintahan raja Daud, pengganti Saul. Kehidupan yang damai dan adil diciptakan oleh Daud selama ia memerintah. Banyak perubahan besar secara fisik dibangun oleh Daud. Kejayaan pemerintahan Daud selama empat puluh tahun menjadikan ia sebagai raja yang ideal. Penyertaan Tuhan sangat terlihat selama pemerintahan Daud. Kemenangan-kemengan dan kemajuan bangsa Israel menjadi buktinya, terlebih lagi ia menjadikan Kerajaan Israel Raya, mempersatukan dua wilayah yang telah terpecah sebelumnya. Persekutuan umat kepada Allah pun sangat diperhatikan oleh Daud. Begitu banyak karya Daud selama masa pemerintahannya atas bangsa Israel. Perubahan-perubahan yang dilakukan Daud tak pernah dipikirkan oleh Saul sebelumnya. Citra yang baik dalam diri Daud tak menjadikan ia luput dari kesalahan. Dalam kehidupannya Daud pun melakukan hal yang jahat di mata Allah. Namun, karena perkenanan Allah kepada Daud, Ia memberkati keturunannya.
Teks 2 Samuel 12:1-25. Natan seolah menjadi pengingat bagi Daud agar Daud menghukum dirinya sendiri. Orang miskin itu ialah Uria dan domba itu adalah Batsyeba. Orang kaya itu tidak lain kecuali Daud yang mempunyai banyak isteri namun merampas isteri Uria.
Turun tangan nabi Natan ini agaknya tidak terdapat dalam cerita asli. Dalam 2 Samuel 12:22 nampaknya Daud tidak tahu bahwa anaknya harus mati, meskipun tidak jelas dikatakan Natan, 2 Samuel 12:14. Tetapi cerita asli dan tambahan ini sama usianya. Dua-duanya mengungkapkan pengajaran yang sama: kejahatan Daud sungguh terkutuk, tetapi karena dan bertobat raja diampuni oleh Allah. Dengan perumpamaan dari Allah, diceritakan tentang orang kaya dan miskin. Natan menggambarkan kehidupan gembala miskin, hidup sederhana dan hanya memiliki seekor anak domba. Ia memperlakukan domba itu seperti anak perempuannya sendiri. Celakanya, meskipun orang kaya itu memiliki banyak domba, saat ia memerlukan daging untuk makan siangnya, ia “mengambil” anak domba betina milik si miskin. Spontan Daud menyatakan bahwa orang kaya itu harus dihukum mati. Segera sesudah Daud mengungkapkan kemarahan dan tindakan yang harus diambil, Natan menempatkan Daud dalam kisah itu. Ia juga merampas istri Uria, Batsyeba. Natan menghardik Daud, dan menyampaikan firman Allah kepada Daud, suatu khotbah penghukuman, melewati Natan Allah menyampaikan kalimat yang dramatis. Daud telah memiliki segalanya namun masih belum cukup ia rasa.
            Sikap hidup hedonisme juga tergambar dalam perjanjian pertama. Seorang raja sekalipun yang sudah memiliki semuanya, rakyat, kekayaan, tapi sikap tidak puas memang merupakan hakikatnya seorang manusia. Akan tetapi sangat bijak jika seseorang dapat mengendalikan dirinya, memperlakukan hidupnya sesuai dengan kebutuhan. Merasa cukup dan bersyukur atas apa yang telah Tuhan sediakan. Kisah dalam 2 Samuel 12:1-25 juga menggambarkan sikap dan teladan seorang pemimpin. Daud yang adalah seorang raja seharusnya dapat bersikap layaknya pemimpin yang tidak mempermalukan dirinya sendiri. Namun dibalik itu, Daud disadarkan oleh karena Tuhan. Bagi konteks sekarang, sebagai kaum minoritas, kualitas seorang pemimpin Kristen sangat diuji. Oleh sebab itu, tunjukkanlah bagaimana pemimpin Kristen mampu memimpin dengan benar yang bepusat dan berlandaskan kasih Yesus Kristus.



Daftar Pustaka
Alkitab:
_______. Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014.

Buku:

Alexander Didi Tarmedi, Petrus. Analisis Naratif Sebuah Metode Hermeneutika Kristiani Kitab Suci. Bandung: Department of Philosophy Parahyangan Catholic University, 2013.
Baxter, J. Sidlow. Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2007.
Coote, Robert B. Sejarah Deuteronomistik Kedaulatan Dinasti Daud atas Wilayah Kesukuan Israel. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2015.
Hayes, John H. dan Carl R. Holladay. Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Howard, David Jr. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama. Malang:   Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002.
LaSor, W. S., D. A. Hubbard dan F. W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1  Taurat dan Sejarah. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001.
Ludji, Barnabas. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 1 Untuk Sudi Kritis.Bandung : Bina Media Informasi, 2009.
Bally, Randall C. David in Love and War: The Persuit of Power in 2 Samuel 10-12. SOT Press Sheffield, 1990.

Snoek, I. Sejarah Suci. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004.

Artikel dan Internet
Ali Li, Hermeneutika Perjanjian Lama, https://independent.academia.edu/AliLi12.
Alkipedia.
Kamus Alkitab.  



[1] John H. Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 51.
[2] Ali Li, Hermeneutika Perjanjian Lama, https://independent.academia.edu/AliLi12.
[3] Petrus Alexander Didi Tarmedi, Analisis Naratif Sebuah Metode Hermeneutika Kristiani Kitab Suci (Bandung: Department of Philosophy Parahyangan Catholic University, 2013), 338.
[4]  Ali Li, Hermeneutika Perjanjian Lama, https://independent.academia.edu/AliLi12.
[5] W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1 Taurat dan Sejarah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 270-271.
[6] David Howard Jr, Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002), 182.
[7] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2007), 318.
[8] David Howard Jr, Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama…182.
[9] David Howard Jr, Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama…181.
[10] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian-Ester…319.
[11] Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik: Kedaulatan Dinasti Daud atas Wilayah Kesukuan Israel (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2015)  4-12.
[12] Alkipedia.
[13] Randall C. Bally, David in Love and War: The Persuit of Power in 2 Samuel 10-12, (JSOT Press
Sheffield, 1990), 35.
[14] I. Snoek, Sejarah Suci (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 120.
[15] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 1 Untuk Sudi Kritis (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 159-160.
[16] Kamus Alkitab.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Dayak Kalimantan Tengah Ciptaan Jefri E. Sindem Tamparan Hasupa

Katika ku munduk kabuat Tabayang senyum andi je mamikat Kai..kai tumun tuh angat Handau hamalem santar taingat Curahku akam lewat lagu tuh Mangesah tamparam ku supa dengam mu Dahang tujuan kakam hamauh Salamat mahining duhai sayang ku Tagal haranan cinta ku dengam Angat ku yakin cinta baya akam Munduk mendengku saraba sala Pandangan pertama ku jatuh cinta Aduh akai nah jata Hatalla Taguncang angat ku je jantung jiwa Metuh tamparan ku sundau dengam mu Bisikan cinta je ingkeme ku Angat perasaan ku je tutu-tutu Aku te yakin ikau jodohku

Riwut Karuhei

Universitas Kristen Duta Wacana Nama/ NIM                             : Winda Patrika Embun Sari/ 50190056 Program Studi/ Semester       : Magister Teologi/ Gasal 2019-2020 Mata Kuliah/ Tugas               : Teologi, Spiritualitas dan Seni/ Makalah Akhir (REVISI) Spiritualitas dalam Lagu Karungut Dayak Kalimantan Tengah: “ Riwut Karuhei ” (Angin yang Membiuskan) Pendahuluan             Ada beragam cara bagi seseorang untuk mengekspresikan perasaannya. Salah satunya adalah melalui lagu. Lirik sebuah lagu kadangkala bersumber dari pengalaman pribadi. Hal ini salah satunya saya lihat dalam lagu Riwut Karuhei. Lagu yang berasal dari Kalimantan Tengah ini menarik untuk diperhatikan lebih d...