Langsung ke konten utama

Refleksi 05 Mei 2022

 Pada bulan kedua masa vikariat, telah dilaksanakan perbincangan antara Resort GKE Pontianak dengan internal Sekolah Tinggi Agama Kristen Abdi Wacana Pontianak bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai vikariat akan lebih difokuskan ke STAK AW.

Sepanjang semester genap sejak Januari telah dibebankan untuk mengajar dengan beban mata kuliah hingga tiga mata kuliah dengan total 14 SKS di STAK AW. Selain itu ‘mempercayakan’ dan ‘memanfaatkan’ juga mengalami krisis. Tanpa berdasar orang-orang hari ini menganggap bahwa kedua hal tersebut adalah sama. Beban kerja yang tidak sesuai standar namun kelayakan yang diterima dari apa yang telah dikerjakan tidak sesuai dengan seharusnya. Setelah gereja sepenuhnya mempercayakan pekerja gereja kepada lembaga Pendidikan STAK AW.

Terhitung sejak Maret masa vikariat ada kesenjangan yang terjadi karena kurangnya komunikasi antara lembaga Pendidikan dan Gereja. Namun, yang jelas terasa adalah lembaga Pendidikan mengalami krisis berpikir. Terlebih mengenai surat, hak dan beban kerja. Harus diakui dalam masa transisi ada banyak sekali kesalahpahaman yang terjadi mengenai penempatan sebagai vikariat. Terlebih dengan adanya surat-surat yang tidak dibuat secara sistematis dan terarah. Dewasa ini, manusia terbiasa melegalkan segala sesuatu yang sifatnya tersirat. Sehingga, saya, selaku vikariat tidak memiliki suatu kepastian yang jelas dan terarah mengenai hak dan tanggung jawab yang seharusnya.

Sepanjang dua bulan masa vikariat, satu bulan terakhir, saya, melakukan pekerjaan yang dibebankan dari STAK AW sebagai pekerja penuh waktu. Dimulai dari Senin sampai dengan Jumat, diluar jam tersebut waktu kerja yang tidak ada ketetapannya sama sekali. Jika menyerahkan kepada sifat manusia yang ingin bebas, sesungguhnya kebebasan itu sendiri tidak bebas karena kebalikannya ia mengikat. Berdasarkan hal ini, beberapa oknum melihat ini hanya murni bekerja sebagai vikariat tanpa memperhitungkan fakta yang sebenarnya. Bagaimana ada sebuah pemikiran bahwa tenaga vikariat dan tenaga pengajar adalah sama? Dewasa ini, ada banyak hal yang dibumbui dengan kegilaan. Solusi tidak melihat pada masalah dan fakta yang terjadi.

Hidup manusia di bumi bukan perkara Yang Ilahi mempercayakan kehidupan untuk disyukuri. Bersyukur adalah keharusan. Hakekat manusia jangan pernah lupakan. Dasar yang mana yang mau dipakai. Hidup adalah hidup yang harus dihidupi, yang pada hakekatnya ada hal-hal yang mau diperjuangkan, diperbaiki, dilaksanakan dan sampai pada akhir ada ungkapan syukur, ada pula damai sejahtera.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Dayak Kalimantan Tengah Ciptaan Jefri E. Sindem Tamparan Hasupa

Katika ku munduk kabuat Tabayang senyum andi je mamikat Kai..kai tumun tuh angat Handau hamalem santar taingat Curahku akam lewat lagu tuh Mangesah tamparam ku supa dengam mu Dahang tujuan kakam hamauh Salamat mahining duhai sayang ku Tagal haranan cinta ku dengam Angat ku yakin cinta baya akam Munduk mendengku saraba sala Pandangan pertama ku jatuh cinta Aduh akai nah jata Hatalla Taguncang angat ku je jantung jiwa Metuh tamparan ku sundau dengam mu Bisikan cinta je ingkeme ku Angat perasaan ku je tutu-tutu Aku te yakin ikau jodohku

Riwut Karuhei

Universitas Kristen Duta Wacana Nama/ NIM                             : Winda Patrika Embun Sari/ 50190056 Program Studi/ Semester       : Magister Teologi/ Gasal 2019-2020 Mata Kuliah/ Tugas               : Teologi, Spiritualitas dan Seni/ Makalah Akhir (REVISI) Spiritualitas dalam Lagu Karungut Dayak Kalimantan Tengah: “ Riwut Karuhei ” (Angin yang Membiuskan) Pendahuluan             Ada beragam cara bagi seseorang untuk mengekspresikan perasaannya. Salah satunya adalah melalui lagu. Lirik sebuah lagu kadangkala bersumber dari pengalaman pribadi. Hal ini salah satunya saya lihat dalam lagu Riwut Karuhei. Lagu yang berasal dari Kalimantan Tengah ini menarik untuk diperhatikan lebih d...

Hedonisme dalam 2 Samuel 12:1-25

Universitas Kristen Duta Wacana Nama/ NIM                             : Winda Patrika Embun Sari/ 50190056 Program Studi/ Semester       : Magister Teologi/ Gasal 2019-2020 Mata Kuliah/ Tugas               : Tafsir Kontekstual Perjanjian Lama/ Makalah Akhir   Hedonisme dalam 2 Samuel 12:1-25 1.1. Pendahuluan a.     Pengantar Dewasa ini, setiap orang punya kecenderungan untuk hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif lazimnya disebut dengan hedonisme. Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya KBBI) mendefinisikan hedonisme sebagai “ pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup”. Umumnya hedonisme dipahami sebagai satu hal yang negatif. Tapi pada dasarnya hedonisme ...