Kalih Welas
(Belas Kasih)
Oleh Vik. Winda Patrika Embun Sari,
M.Fil
2 Koristus 6:1-2
Sebagai
teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan
membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah ,
yang telah kamu terima.
Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku
berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku
akan menolong engkau. " Sesungguhnya, waktu ini adalah
waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.
Hai
para pendosa, betapa beruntungnya engkau memiliki Tuhan yang penuh belas kasih
kepada mu. Karena keagungan dan belas kasihan-Nya kita para pendosa ini beroleh
perlindungan dan dapat memanjatkan doa.
Paulus
dalam pelayanannya bukan sengaja memberikan nasehat kepada jemaat yang ada di
Korintus agar jangan menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Perhatian rasul Paulus
sangat penting juga bagi para pembaca dan pendengar sekarang ini. Jiwa-jiwa
yang kehilangan arah dan penuh cacat cela, mereka yang menunduk dan memanjatkan
doa telah didengar oleh Allah.
Karena
kasih karunia dan belas kasihan Allah, bukan untuk orang-orang yang hatinya
suci dan hidupnya saleh, tetapi kepada para pendosa dan orang-orang bersalah.
Realitas
kehidupan manusia sangat dinamis. Ada banyak perkara bagi setiap insan yang
menghidupi hidupnya di dunia ini, Di awal bulan Februari ini mari bersukacita
dan bergembira atas hidup, atas kasih karunia, atas belas kasih Allah kepada
setiap ciptaan-Nya.
Hidup
ini mencakup segalanya, hidup mesti bergerak, bertindak. Hidup itu mesti
bersuara. Inilah pekerjaan Bapa yang dilakukan oleh rasul Paulus, sungguh
mulia. Melalui ia, firman Allah dan nasehat agar saling bekerja sama, menjaga
perdamaian, memelihara kasih karunia yang diberi percuma, tidak menyia-nyiakan
kesempatan. Supaya janganlah umat-Nya bersusah hati jika kecewa atas apa yang
telah berlalu dan pergi dan menyesalkan kesempatan yang telah lewat.
Perkenanan
Tuhan, pertolongan Tuhan adalah kesempatan yang tidak boleh umat-Nya
sia-siakan! Tidak ada yang mampu melakukan hal ini selain Allah itu sendiri, di
mana Ia berkenan kepada umat manusia, menjadi tanda bahwa Ia telah
menyelamatkan semua yang dicintai-Nya. Ia rela, melalui Yesus Kristus berkenan
untuk para pendosa agar selamat bahkan mengikat janji dengan ciptaan yang
dicintai-Nya. Bukankah Ia adalah Allah yang seharusnya tidak perlu mengikat
janji atau berjanji kepada siapapun, hak sepenuhnya adalah milik-Nya, Sang
Pencipta.
Kasih
karunia ini juga menjadi tanda bahwa manusia memiliki tanggung jawab atas hidup
pemberian ini, agar dengan penuh ketaatan tetap menyuarakan perdamaian dan kalih
welas sama seperti apa yang telah dimandatkan Yang Ilahi. Kita semua harus
menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab. Siapa yang lari dari tanggung
jawab menyangkal hakekat dirinya sebagai manusia.
Maka,
siapapun kita yang telah mengaku percaya dan menerima kasih karunia hendaknya
tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hiduplah. Berbahagialah, bersukacitalah
wahai kita para pendosa yang telah menerima belas kasih Allah. Amin.
Komentar
Posting Komentar